Bisikan Hati (majalah PLUS)

Lara
Kelam…
Tiba-tiba saja hatiku mendung
Menetes galau yang menggenang
Tak redanya walau secerah sinar mentari muncul
Semilir angin menyapa hangat
Melantunkan simfoni medu berlara
Menyesakakan dada
Mengalir bulir-bulir kecewa
Terbangkang pengharapan
Hilang sudah
Kini ku hanya bisa meratap
Menunggu teduhnya kasihmu
Entah kapan ku bisa pergi dari jemu
Mungkin tak pernah
Karna kaulah yang kan bawaku pergi menjauh
Menghindar beliung yang siap meluluh lantahkan hatiku

Bintang
Kau pancarkan aroma senja
Kau sisipkan dinginya hati
Keu leburkan segala rasa sedihku
Kecantikan biasmu pancarkan kesetiaan sang burung merpati
Semutpun tak luput pandangi keindahanmu
Walau sinar tak kau pancarkan sendiri
Tetapi para pujanggapun mengagumimu
Bintang…
Kerlipmu tenangkan kalbuku
Cahayamu bagaikan tawa malaikat
Menemaniku kala dirinya berpaling
Memberiku kekuatan tuk terus melangkah
Dan tinggalkan kelamnya dunia lalu

Maaf
Maaf mungkin tiada arti
Maaf mungkin tiada guna
Maaf mungkin tiada batas
Maaf mungkin tiada anggap
Maaf telah membuatmu luka
Maaf telah membuatmu kecewa
Maaf ku harus tinggalkanmu
Maaf ku harus melepasmu
Maaf ku harus merelakanmu
Hati tiada maksud tuk melukai
Diri tiada maksud tuk meninggalkanmu
Maaf aku telah lancang mengusik hidupmu
Maaf aku telah menorehkan kenangan pada dirimu
Dan kini aku harus menyakiti dan melukaimu
Aku harus merelakan untuk dirinya
Walau sungguh aku tak ingin itu
Namun aku tak ingin buatnya menangis

Elergi kerinduan
Setetes air menetes dari dedaunan
Bukanlah embun, sayang
Menunggu senandung rindu
Dari sang pujangga yang meretas arah
Bangkit kala malam
Tertidur kala matahari terik
Menanti hujan di hari api,
Berharap akan air mengalir di musim kering
Merindu pertapa angin
Menjelajar atah berantah
Mendapatkan seramai syahdu
Untuk menghapuskan kosongnya kalbu

Apalah aku
Salahkah aku menyayanginya selebih dirinya
Memujamu dalam nyanyian hatiku
Menunggunya sepenuh hati
Salahkah aku bila mencintainya selebih yang kau tahu
Mendekap penuh rasa dalam batinku
Menunggunya sampai akhir hayatku
Namun benarkah aku
Bila harus ku menjauh dan melupakanya
Dari kisah-kisah di bingkai hati terdalam
Dalam ribuan gambar hidup bersamanya
Dan membuang perasaanku hilang sudah
Yang mati tertelan perih

Tentangmu
Sakit menyaksikan kau pergi
Menyisakan kenangan indah kita bersama
Sakit teriris sepi dengan kepergianmu
Luka yang kau lukiskan di lubuk hati ini
Takkan pernah luntur oleh waktu
Meskipun hati ini hancur karnamu
Ku berharap hadir kebahagiaan dalam hidupmu
Walau bayanganku telah hilang di hatimu
Namun bayang wajahmu akan tetap ada di sanubariku
Kau mungkin telah bersandar dengan yang lain
Namun hati ini tak sanggup tuk berdusta
Harus ku akui aku mencintaimu selamanya
Hingga ragaku ini terbujur tak berdaya
Namun hatiku akan selalu tertulis namamu bersama kenangan manis kita

Karya anak Pangudi Luhur Sedayu

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Pengikut

About Me

Foto Saya
Leonardus Agus Setiyawan
Sleman, Yogyakarta, Indonesia
Lihat profil lengkapku